Sunday 4 August 2013

Matinya Seorang Pahlawan


Hari ini, pengkaji mengimbau semula Pahlawan Hang Jebat di zaman lampau hasil karya Allahyarham Usman Awang. Baginya, Hang Jebat adalah Pahlawan Melayu terbilang yang bangkit menentang kezaliman. Berikut adalah serba sedikit dialog yang ditulis oleh Usman Awang.

Jebat menerkam dan kedua pun bertikam-tikaman.

SUARA LATAR : 
Mata keris menari-nari di udara,
tergetar, melayang, menyusup dan menyisih
ah!, siapa terkejut seketika,
betapa sejuk Taming Sari meresapi dalam kelembutan
daging dan urat-urat
mengalirkan darah ! Darah merah mengental

Alangkah dinginnya Taming Sari,
dan betapa ia memutuskan pertalian daging
mudah, lembut dalam saat-saat yang genting
lalu meninggalkan bisa yang dalam 
menyentak-nyentak merenggut segala urat dan jantung
ah, Hang Jebat berdirinya mula terhuyung!
Sepasang mata yang tajam dalam kepudarannya
di mana terpancar sinar kehairanan
dan bersamanya suatu pandangan kesayuan
di dalamnya tak kelihatan suatu penghinaan,
tertuju tertumpu langsung kepadanya
temannya
Hang Tuah menundukkan kepalanya,
mengelakkan
ah, pandangan yang mengharukan hatinya,
pasangan mata yang dahulu dalam usapan kasih
pada saat-saat terakhir ditembusi oleh merah darah
dan keputihannya menghilang di bawah takhta Raja
yang memisahkan mereka berdua!
Lambat-lambat Hang Tuah meninggalkan ruangan
seorang pahlawan merasa kehilangan pegangan!
Hang Jebat menyambar sehelai selendang Raja
ia membalut luka, denyut bisa kian mendemba,
Istana raja dalam bayangannya pudar
degup jantung keras mendebar,
sayup-sayup suara teriakan dalam nada kegirangan
"Hang Jebat kena tikam! Hang Jebat kena Tikam!"
Luka dibebatnya,
di dadanya dendam bergema! Dengan kekuatan suaranya yang terakhir, ia bersuara :

HANG JEBAT :
Hai orang-orang Melaka,
aku telah menentang kezaliman dengan darah,
darahku sendiri,
buat baik berpada-pada, kalau jahat, jahat sekali,
Darah ini telah mengalir, darahku bercucuran
hanya atas keyakinan membela keadilan
dan untuk itulah pula darah ini ku berikan.

Hang Jebat melompat laksana singa lapar
diamuknya orang ramai
yang ada di sekeliling istana
dan darah! darah! darah orang-orang Melaka
mengalir arus dalam gema maut menyapa!


Rujukan :

Usman Awang (1997). Matinya Seorang Pahlawan. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.





No comments:

Post a Comment