Sunday 16 November 2014

Puisi III : PORN [Jubah Ketelanjangan]

Kebenaran tengah mengenakan
jubah terindah dan yang paling bijaksana
iaitu ketelanjangan.

Namun para pembenci Kebenaran
telah menghasut semua manusia
untuk memperolok ketelanjangannya:
Lihatlah, Kebenaran kini tak lagi benar-benar benar!
Di hadapan kita dia bogel dan mempertontonkan segala!
Bukankah selalu ada yang seharusnya tersembunyi?
Bukankah selalu ada yang seharusnya menjadi misteri?
Mari kita paksa untuk mengenakan kembali jubah lamanya!
Bukankah jubah itu pemberian dari Sang Raja?
Bukankah compang-camping lebih baik daripada
tak mengenakan apa-apa?

Ribuan manusia seketika terhasut
mereka tak lagi bisa melihat ketelanjangan
sebagai kemurnian sebuah wujud.
Secara membabi buta mereka mengoyak-ngoyak bogelnya
dengan memakaikan jubah lama padanya
kemudian meninggalkannya begitu saja
di tepian jalan
di dekat selokan.

Sementara itu di hadapannya
Ketidakbenaran dengan begitu santai berseliweran
berbalut jubah terindahnya
iaitu tipu daya
sembari terus waspada
jangan sampai manusia melihat kebusukannya
di balik jubah-jubah yang menyilaukan mata.

Dalam bungkam yang teramat dalam
hati kecil Kebenaran memekik tajam:
Suatu saat aku akan menelanjangimu, Ketidakbenaran!


Nukilan Oleh : Norman Adi Satria


Puisi II : Balada Terbunuhnya Beringin Tua Di Pinggir Sebuah Bandaraya



BERINGIN tua di pinggir jalan raya
di sebuah ibu kota yang setengah muda
ratusan tahun usianya berdiri
menadah matahari memayungi bumi
burung-burung berterbangan menyanyi
di sini rumah mereka, di sini keluarga bahagia
kupu-kupu berkejaran dalam senda guraunya
anak-anak bermain di keteduhan perdunya.

Tiba-tiba pagi yang hitam itu datang

gergasi teknologi menyerangnya
dengan kejam membenamkan gigi-gigi besi
sehingga terdengarlah jeritan ngeri
suara Beringin rebah ke bumi.
Sampai sekarang, tiap senjakala lembayung petang
dengarlah suara Beringin mengucapkan pesan :

Selamat tinggal, selamat tinggal wahai awan
Selamat tinggal matahari selamat tinggal bulan
Selamat tinggal kupu-kupu sayang
Selamat tinggal wahai burung-burung bersarang
Selamat tinggal anak-anak bermain riang.

Namaku Beringin pohon tua yang terbuang
dimusuhi oleh rancangan bernama Pembangunan.


Nukilan Oleh : Tongkat Warrant [Usman Awang]